TUGAS SEKOLAH (TeoriKerjaBangku)



Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) : Definisi, Indikator Penyebab dan Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 

Pengertian Kesehatan dan Keselatan Kerja
Menurut Mangkunegara (2002, p.163)
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
Menurut Suma’mur (2001, p.104), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah
kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja .
Mathis dan Jackson (2002, p. 245), menyatakan bahwa Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000, p.6), mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
Jackson (1999, p. 222), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.
Menurut Mangkunegara (2002, p.170), bahwa indikator penyebab keselamatan kerja adalah:
a) Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi:
1. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang diperhitungkan keamanannya.
2. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak
3. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
b) Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi:
1. Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
2. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik Pengaturan penerangan.
Tujuan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja :
Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat diduga. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat. Kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka lahirlah keselamatan dan kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan atau mengadakan pengawasan yang ketat. (Silalahi, 1995)
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.
Menurut Mangkunegara (2002, p.165) bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia, telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup di dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Tenaga kesehatan yang perlu kita perhatikan yaitu semua tenaga kesehatan yang merupakan suatu institusi dengan jumlah petugas kesehatan dan non kesehatan yang cukup besar. Kegiatan tenaga atau petugas kesehatan mempunyai risiko berasal dari faktor fisik, kimia, ergonomi dan psikososial. Variasi, ukuran, tipe dan kelengkapan sarana dan prasarana menentukan kesehatan dan keselamatan kerja. Seiring dengan kemajuan IPTEK, khususnya kemajuan teknologi sarana dan prasarana, maka risiko yang dihadapi petugas tenaga kesehatan semakin meningkat.
Petugas atau tenaga kesehatan merupakan orang pertama yang terpajan terhadap masalah kesehatan yang merupakan kendala yang dihadapi untuk setipa tahunnya. Selain itu dalam pekerjaannya menggunakan alat – alat kesehatan, berionisasi dan radiasi serta alat-alat elektronik dengan voltase yang mematikan, dan melakukan percobaan dengan penyakit yang dimasukan ke jaringan hewan percobaan. Oleh karena itu penerapan budaya “aman dan sehat dalam bekerja” hendaknya dilaksanakan pada semua Institusi di Sektor / Aspek Kesehatan.
 FASILITAS ATAU SARANA/PRASARANA TENAGA KESEHATAN 
  • Sarana/Prasana Kesehatan adalah sarana kesehatan yang meliputi berbagai alat / media elektronik yang harus ada di  Tempat Kerja Kesehatan untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan perorangan dan masyarakat.
  • Disain Sarana / Prasarana Kesehatan harus mempunyai sistem yang memadai dengan sirkulasi udara yang adekuat agar suasana di dalam ruangan tersebut menjadi nyaman.
  • Disain Sarana / Prasarana Kesehatan harus mempunyai pemadam api yang tepat terhadap segala sesuatu yang bisa menyebabkan terjadinya kebakaran.
  • Harus tersedia alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaam (P3K) 
Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja yang dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat ketidak serasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.
1. Kapasitas Kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30– 40% masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan tugasnya mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut masalah PAHK dan kecelakaan kerja.

2. Beban Kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis beroperasi 8 – 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.
3. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi kesehatan kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related Diseases).
 IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA BAGI TENAGA KESEHATAN DAN PENCEGAHANNYA
 A. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat. Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :
  • Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban pasien
  • Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban petugas laboratorium itu sendiri.
 Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam kelompok :
1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:
  • Peralatan / Media Elektronik, Bahan dan lain-lain
  • Lingkungan kerja
  • Proses kerja
  • Sifat pekerjaan
  • Cara kerja 
2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia, yang dapat terjadi antara lain karena:
  • Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
  • Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)
  • Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.
  • Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik
Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di Tempat Kerja Kesehatan :

1. Terpeleset , biasanya karena lantai licin.
Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi di Tempat Kerja Kesehatan.
Akibat :

  • Ringan à memar
  • Berat à fraktura, dislokasi, memar otak, dll.
Pencegahan :
  • Pakai sepatu anti slip
  • Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar
  • Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau tidak rata konstruksinya.
  • Pemeliharaan lantai dan tangga
2. Mengangkat beban
Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat, terutama bila mengabaikan kaidah ergonomi. 

Akibat : cedera pada punggung
Pencegahan :
  • Beban jangan terlalu berat
  • Jangan berdiri terlalu jauh dari beban
  • Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi pergunakanlah tungkai bawah sambil berjongkok
  • Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan terhambat.
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab, harus ada hubungan sebab akibat antara proses penyakit dan hazard di tempat kerja. Faktor Lingkungan kerja sangat berpengaruh dan berperan sebagai penyebab timbulnya Penyakit Akibat Kerja. Sebagai contoh antara lain debu silika dan Silikosis, uap timah dan keracunan timah. Akan tetapi penyebab terjadinya akibat kesalahan faktor manusia juga (WHO).
Berbeda dengan Penyakit Akibat Kerja, Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK) sangat luas ruang lingkupnya. Menurut Komite Ahli WHO (1973), Penyakit Akibat Hubungan Kerja adalah “penyakit dengan penyebab multifaktorial, dengan kemungkinan besar berhubungan dengan pekerjaan dan kondisi tempat kerja. Pajanan di tempat kerja tersebut memperberat, mempercepat terjadinya serta menyebabkan kekambuhan penyakit.

Penyakit akibat kerja di Tempat Kerja Kesehatan umumnya berkaitan dengan faktor biologis (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptik pada kulit, zat kimia/solvent yang menyebabkan kerusakan hati; faktor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah); faktor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi, radiasi dll.); faktor psikologis (ketegangan di kamar penerimaan pasien, gawat darurat, karantina dll.)
1) Faktor Biologis
Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi berkembang biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-benda yang terkontaminasi dan udara. Virus yang menyebar melalui kontak dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi pekerja hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus. Angka kejadian infeksi nosokomial di unit Pelayanan Kesehatan cukup tinggi. Secara teoritis kemungkinan kontaminasi pekerja LAK sangat besar, sebagai contoh dokter di RS mempunyai risiko terkena infeksi 2 sampai 3 kali lebih besar dari pada dokter yang praktek pribadi atau swasta, dan bagi petugas Kebersihan menangani limbah yang infeksius senantiasa kontak dengan bahan yang tercemar kuman patogen, debu beracun mempunyai peluang terkena infeksi.

Pencegahan :
  • Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan, epidemilogi dan desinfeksi.
  • Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan dalam keadaan sehat badani, punya cukup kekebalan alami untuk bekerja dengan bahan infeksius, dan dilakukan imunisasi.
  • Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar.
  • Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan spesimen secara benar
  • Pengelolaan limbah infeksius dengan benar
  • Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.
  • Kebersihan diri dari petugas.
Petugas di tempat kerja kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan kimia dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent yang banyak digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan toksik ( trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.
Pencegahan :
  • ”Material safety data sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk diketahui oleh seluruh petugas untuk petugas atau tenaga kesehatan laboratorium.
  • Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol untuk petugas / tenaga kesehatan laboratorium.
  • Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, celemek, jas laboratorium) dengan benar.
  • Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa.
  • Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.

3) Faktor Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara populer kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the Job to the Man and to fit the Man to the Job
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).

4) Faktor Fisik
Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja meliputi:
  • Kebisingan, getaran akibat alat / media elektronik dapat menyebabkan stress dan ketulian
  • Pencahayaan yang kurang di ruang kerja, laboratorium, ruang perawatan dan kantor administrasi dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja.
  • Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja
  • Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.Terkena radiasi
  • Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan, penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat membahayakan petugas yang menangani.
Pencegahan :
  • Pengendalian cahaya di ruang kerja khususnya ruang laboratorium.
  • Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai.
  • Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi
  • Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
  • Pelindung mata untuk sinar laser
  • Filter untuk mikroskop untuk pemeriksa demam berdarah 
Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang dapat menyebabkan stress :
  • Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di tempat kerja kesehatan di tuntut untuk memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan
  • Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.
  • Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman kerja.Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal ataupun informal.
 PENGENDALIAN PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN KECELAKAAN MELALUI PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

A. Pengendalian Melalui Perundang-undangan (Legislative Control) antara lain :
  • UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Petugas kesehatan dan non kesehatan
  • UU No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
  • UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
  • Peraturan Menteri Kesehatan tentang higene dan sanitasi lingkungan.
  • Peraturan penggunaan bahan-bahan berbahayaPeraturan/persyaratan pembuangan limbah dll.
B. Pengendalian melalui Administrasi / Organisasi (Administrative control) antara lain :
  • Persyaratan penerimaan tenaga medis, para medis, dan tenaga non medis yang meliputi batas umur, jenis kelamin, syarat kesehatan
  • Pengaturan jam kerja, lembur dan shift
  • Menyusun Prosedur Kerja Tetap (Standard Operating Procedure) untuk masing-masing instalasi dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya
  • Melaksanakan prosedur keselamatan kerja (safety procedures) terutama untuk pengoperasian alat-alat yang dapat menimbulkan kecelakaan (boiler, alat-alat radiology, dll) dan melakukan pengawasan agar prosedur tersebut dilaksanakan
  • Melaksanakan pemeriksaan secara seksama penyebab kecelakaan kerja dan mengupayakan pencegahannya.
  • Substitusi dari bahan kimia, alat kerja atau proses kerja
  • Isolasi dari bahan-bahan kimia, alat kerja, proses kerja dan petugas kesehatan dan non kesehatan (penggunaan alat pelindung)
  • Perbaikan sistim ventilasi, dan lain-lain
Yaitu upaya untuk menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal (Recognition) kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat tumbuh pada setiap jenis pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan pencegahan meluasnya gangguan yang sudah ada baik terhadap pekerja itu sendiri maupun terhadap orang disekitarnya. Dengan deteksi dini, maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat, mengurangi penderitaan dan mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas masyarakat pekerja. Disini diperlukan system rujukan untuk menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja secara cepat dan tepat (prompt-treatment). Pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang meliputi:
Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum seseorang calon / pekerja (petugas kesehatan dan non kesehatan) mulai melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang status kesehatan calon pekerja dan mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau dari segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan ditugaskan kepadanya.
Pemerikasaan kesehatan awal ini meliputi :
  • Anamnese umum
  • Anamnese pekerjaan
  • Penyakit yang pernah diderita
  • Alrergi
  • Imunisasi yang pernah didapat
  • Pemeriksaan badan
  • Pemeriksaan laboratorium rutin
  • Pemeriksaan tertentu:
  • Tuberkulin test
  • Psikotest
2. Pemeriksaan Berkala
Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara berkala dengan jarak waktu berkala yang disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan yang dihadapi. Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu antar pemeriksaan berkala Ruang lingkup pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus seperti pada pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambah dengan pemeriksaan lainnya, sesuai dengan resiko kesehatan yang dihadapi dalam pekerjaan.
3. Pemeriksaan Khusus
Yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana ada atau diduga ada keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja. Sebagai unit di sektor kesehatan pengembangan K3 tidak hanya untuk intern di Tempat Kerja Kesehatan, dalam hal memberikan pelayanan paripurna juga harus merambah dan memberi panutan pada masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya pelayanan promotif dan preventif. Misalnya untuk mengamankan limbah agar tidak berdampak kesehatan bagi pekerja atau masyarakat disekitarnya, meningkatkan kepekaan dalam mengenali unsafe act dan unsafe condition agar tidak terjadi kecelakaan dan sebagainya.
 Kesehatan dan keselamatan kerja di Tempat Kerja Kesehatan bertujuan agar petugas, masyarakat dan lingkungan tenaga kesehatan saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggung-jawab terhadap kesehatan masyarakat, memfasilitasi pembentukan berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di tempat kerja kesehatan serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaan K3 tersebut.
Keterlibatan dan komitmen yang tinggi dari pihak manajemen atau pengelola tempat kerja kesehatan mempunyai peran sentral dalam pelaksanaan program ini. Demikian pula dengan pihak petugas kesehatan dan non kesehatan yang menjadi sasaran program K3 ini harus berpartisipasi secara aktif, bukan hanya sebagai obyek tetapi juga berperan sebagai subyek dari upaya mulia ini. Melalui kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja , diharapkan petugas kesehatan dan non kesehatan yang bekerja di tempat kerja kesehatan dapat bekerja dengan lebih produktif, sehingga tugas sebagai pelayan kesehatan kepada masyarakat dapat ditingkatkan mutunya, menuju Indonesia Sehat 2010.


MACAM-MACAM ALAT KERJA BANGKU
Berikut beberapa jenis alat kerja bangku, meliputi alat penanda, alat pemotong, dan alat bantu lainnya.
2.3.1 Macam-macam alat penanda
Berikut beberapa alat penanda beserta fungsinya yang umum digunakan dalam kerja bangku:
1. Penggores
Fungsi penggores adalah untuk membuat garis, khususnya penandaan garis pada permukaan logam benda kerja.
Macam penggores yang sering digunakan di bengkel, antara lain:
a. Penggores sederhana
b. Penggores dengan salah satu ujungnya bengkok
c. Penggores yang dapat diubah-ubah ujungnya
d. Penggores dengan ketinggian yang dapat diatur sesuai skala yang penggunaannya dilakukan di atas meja pengukur kerataan.
2. Cap (Stamp)
Cap digunakan untuk menandai logam dan beberapa bahan bukan logam dengan nomor, huruf, angka, angka tanda-tanda lainnya.
3. Penitik
Penitik adalah alat yang digunakan untuk membuat lubang pada benda kerja. Penitik terbuat dari besi yang ujungnya runcing membentuk sudut 30-90 derajat.
4. Jangka
Macam-macam jangka, antara lain:
a. Jangka tusuk, dipergunakan untuk melukis busur dan lingkaran dengan teliti.
b. Jangka hati, dipergunakan untuk membuat garis pada permukaan logam sejajar dengan sisi benda.
2.3.2 Macam-macam alat pemotong
Berikut beberapa alat pemotong beserta fungsinya yang umum digunakan dalam kerja bangku:
1. Pahat
Pahat (chisel) digunakan untuk keperluan-keperluan seperti memotong, membuat alur, meratakan bidang, membentuk sudut dsb. Macam-macam pahat, antara lain:
a. Pahat pelat, digunakan untuk meratakan bidang dan memotong pelat logam.
b. Pahat alur/roreh; digunakan untuk membuat alur dan sponeng.
c. Pahat setengah bulat, digunakan untuk membuat alur setengah bulat salutan minyak dalam bantalan.
2. Kikir
Kikir terbuat dari baja karbon tinggi yang ditempa yang disesuaikan dengan ukuran panjang, bentuk, jenis, dan gigi pemotongnya. Macam-macam kikir, antara lain:
a. Kikir plat (Flat file)
b. Kikir setengah bulat (Half round file)
c. Kikir segi empat (Square file)
d. Kikir bulat (Round file)
e. Kikir segitiga (Three-square file)
f. Kikir pisau (Knife file)
3. Gergaji tangan
Gergaji digunakan untuk memotong benda kerja yang selanjutnya untuk dikerjakan kembali. Beberapa jenis gergaji tangan yang umum digunakan dalam proses kerja bangku, antara lain:
a. Gergaji pembelah
Gergaji pembelah adalah gergaji dengan gerigi dirancang untuk membelah kayu. Digunakan untuk pengergajian searah jaringan serat kayu dan mempunyai 3½-4 pucuk gigi per 25 mm. Panjang daun antara 500-700 mm.
b. Gergaji pemotong
Gergaji pemotong adalah gergaji dengan gerigi dirancang untuk memotong kayu. Digunakan untuk penggergajian melintang jaringan serat kayu dan mempunyai 5-7 pucuk gigi per 25 mm. Panjang daun antara 550-700 mm.
c. Gergaji punggung
Terdapat punggung dari bahan baja yang dipasang pada daun gergaji. Mempunyai 12-14 pucuk gigi per 25 mm. Digunakan untuk pengerjaan kecil dan halus.
4. Mata bor
Mata bor atau bor spiral terdiri dari sudut tatal dan sudut bebas yang biasa terdapat pada alat-alat potong. Besar sudut mata bor tergantung pada bahan yang akan dibor:
a. Sudut puncak bor 118° digunakan untuk bahan baja lunak
b. Sudut puncak bor 136° digunakan untuk bahan baja keras
c. Sudut puncak bor 105° digunakan untuk bahan yang lunak
5. Reamer tangan (peluas)
Reamer (peluas) adalah alat potong untuk memperhalus permukaan lubang dan memperbesar lubang yang telah kita siapkan sebelumnya. Reamer terdiri dari alur spiral dan alur lurus.
6. Pemotong ulir luar (sney)
Untuk memotong ulir pada bagian luar atau pada batang baut dengan tangan, dipergunakan sejenis alat yang dinamakan pengulir luar. Alat bantu untuk memutarkan sney adalah rumah sney atau tangkai sney.
7. Tap tangan
Tap adalah alat untuk membuat ulir dalam dengan tangan, tap tangan terdiri dari 3 buah dalam 1 set, yaitu tap konis, tap antara, dan tap rata. Sedangkan sebagai alat pemegang dan pemutar pada waktu pelaksanaan mengulir, dipergunakan tangkai tap (batang pemutar).
8. Gunting tangan
Ada berbagai macam bentuk gunting tangan yang dapat digunakan untuk memotong pelat-pelat tipis, yaitu:
a. Gunting tangan lurus
Gunting tangan lurus digunakan untuk menggunting lurus.
b. Gunting tangan kombinasi
Gunting   tangan kombinasi memungkinkan untuk memotong lengkung, sehingga dapat digunakan untuk memotong bentuk-bentuk yang tidak beraturan.
c. Gunting tangan paruh burung
Gunting ini dapat digunakan untuk memotong lengkung luar ataupun lengkung dalam berdiameter kecil dan untuk memotong pipa (membuat lubang pada pipa).
d. Gunting tangan dirgantara
Gunting tangan dirgantara terdiri atas tiga bentuk, yakni: lurus, kiri, dan kanan. Sisi potongnya bergerigi dan dikeraskan, sehingga dapat memotong pelat yang relatif tebal (± 0,8 mm).
e. Gunting tangan bulldog
Gunting tangan bulldog digunakan untuk pemotongan pelat agak tebal (max 1,5 mm) baik lurus maupun bentuk-bentuk tak teratur atau lengkung.
f. Gunting tangan lingkaran
Gunting   tangan lingkaran digunakan untuk pemotong bentuk lingkaran karena sisi potongnya lengkung.
g. Gunting tangan trojan
Gunting ini dapat digunakan untuk memotong lurus dan lengkung.
2.3.3 Alat-alat bantu lainnya
Berikut alat-alat bantu lain yang pada umumnya digunakan pada proses kerja bangku:
1. Palu
Berdasarkan jenisnya palu dibedakan menjadi:
a. Palu konde, jenis-jenisnya, antara lain: palu pen searah (straight hammer), palu konde (ball pan hammer), dan palu pen melintang (cross hammer).
b. Palu lunak, digunakan untuk meratakan, membentuk pelat dengan tanpa ada bekas pemukulan pada permukaan pelat. Kepala palu lunak terbuat dari bahan plastik, kayu, karet, kulit, tembaga, timah, dll.
1) Palu kayu, digunakan untuk membentuk pelat dari bahan stainless steel atau galvanis.
2) Palu plastik dan karet, digunakan untuk menghasilkan bentuk dengan sedikit bekas pemukulan pada permukaan pelat alumunium atau tembaga.
3) Palu kulit, digunakan pada pembentukan pelat-pelat lunak yang relatif tebal.
c. Palu pembentuk, dirancang untuk keperluan tertentu. Macam-macam palu pembentuk beserta fungsinya adalah:
1) Palu pengeling, digunakan untuk membentuk kepala paku keling.
2) Palu pelipat, digunakan untuk merapatkan ujung pelat dan pada pekerjaan pengawatan tepi.
3) Palu pelengkung, digunakan untuk membuat cekungan pada pelat
4) Palu peregang, digunakan untuk meregang atau memperpanjang pelat.
5) Palu penipis, digunakan untuk menipiskan ketebalan pelat.
6) Palu perata, digunakan untuk pekerjaan penyelesaian.
2. Ragum (Penjepit)
Ragum adalat alat yang digunakan untuk menjepit banda kerja pada waktu pekerjaan mekanik, seperti mengikir, memahat, memotong, dll. Pada penggunaanya ragum umumnya terbuat dari besi tuang, kenyal atau tempa yang dipasang pada bangku kerja dengan kuat.
3. Tang
Tang (Plier) digunakan untuk memotong, membengkokkan, memegang, dan sebagainya. Jenis-jenis tang, antara lain:
a. Diagonal cutting plier, digunakan untuk memotong kawat baja, tang jenis ini mempunyai dua sisi dan rahang yang keras.
b. End cutting plier, digunakan untuk memotong kawat dengan rahang membuka paralel 90°.
c. Flat nose plier, digunakan untuk memegang benda yang kecil dengan rahang segi empat tirus pada bagain ujung.
d. Long nose plier, digunakan untuk memegang benda yang kecil dengan bentuk rahang bulat tirus.
e. Round nose plier, digunakan untuk membengkokkan kawat dan pelat yang tipis.
f. Combination plier, digunakan untuk berbagai pekerjaan ringan menggunakan tangan.
g. Polygrip plier, digunakan untuk memegang bahan, dilengkapi dengan rahang yang dapat diatur.
4. Kunci
Kunci digunakan untuk memutar baut dengan kepala socket ukuran tertentu. Jenis-jenis kunci yang biasa digunakan adalah:
a. Kunci pas, digunakan untuk memutar baut kepala segi enam dengan          ukuran tertentu sesuai dengan ukuran kepala baut.
b. Kunci ring (box wrench), digunakan untuk membuka baut kepala segi enam yang mempunyai 12 sudut kunci pada tempat-tempat yang sempit.
c. Kunci ellen (hexagon screwdrivers), digunakan untuk memutar baut dengan kepala socket yang berbentuk sesi enam.
d. Kunci socket, untuk memutarkan socket pada kunci ini digunakan batang pemutar khusus yang dimasukkan pada kunci socket. Pada bagian socket kunci ini mempunyai sudut segi dua belas beraturan.
e. Pipe wrench/kunci (tang) pipa, digunakan untuk memegang benda yang berbentuk bulat, baik pejal maupun berbentuk pipa. Pada bagian tangkainya terdapat baut pengatur kedudukan rahang.
5. Obeng
Obeng digunakan untuk memutar baut yang mempunyai kepala beralur, baik yang beralur lurus maupun yang beralur silang. Pada bagian pangkal obeng dilengkapi dengan pemegang yang biasanya terbuat dari kayu ataupun plastik.
6. Meja datar
Meja datar digunakan sebagai landasan untuk penggambaran banda, meja datar adalah alat dengan permukaan rata dan keras sangat baik untuk penandaan yang teliti dan memeriksa benda kerja.




CARA MENGIKIR YANG BAIK


Berikut ini kami akan coba menjelaskan bagaimana cara mengikir yang baik, diambil dari berbagai sumber. Sebelumnya kita harus mengetahui dulu devinisi pengikiran yang baik, Pengikiran ialah operasi yang menggunakan alat berupa kikir. Biasa dilakukan untuk mengurangi ketebalan benda kerja, membentuk, meratakan, hingga menghaluskan benda kerja. Dalam setiap proses industri, ada Standard Operational Procedure (SOP). Begitu juga dengan proses pengikiran. Namun SOP tersebut tidak akan dibahas di sini, melainkan hanya teknik kerja umum pengikiran pekerjaanl ini tentunya. yang banyak dilakukan di departemant debburing dan biasa diberikan oleh instruktur (leader) kepada operator baru. Standar teknik kerja tersebut antara lain seperti:
Prosedur Pengikiran
  • Memilih dan menyiapkan tempat kerja
  • Melemaskan sendi-sendi tangan.
  • Melakukan gerakan utama atau dasar sebanyak mungkin.
  • Penjepitan benda kerja.
  • Tanggem yang digunakan.
  • Pemegang kikir
A. Memilih dan menyiapkan tempat kerja.
Tinggi tempat haruslah disesuaikan dengan bentuk dari benda kerja yang akan dikerjakan dan ketinggian si pengikir yang melakukan pengikiran.
B. Melemaskan sendi-sendi tangan
Posisi kerja memperlihatkan bagaimana kecakapan seseorang bekerja. Selama mengikir, badan berdiri di sebelah kiri benda kerja atau material dengan posisi kaki tetap pada tempatnya. Jarak antar kaki deisesuaikan dengan panjang kikir.Sudut antara poros tanggem dan kaki kira-kira membentuk sudut 300, sedangkan untuk kaki kanan membentuk sudut kurang lebih 75.
C. Melakukan gerakan utama / dasar sebanyak mungkin.
Badan berdiri tegak pada posisi permulaan dan selanjutnya condong kedepan selama pengikiran berlangsung. Sementara posisi kaki kanan tetap lurus selama proses pengikiran berlangsung.
Sedangkan arah pandangan mata selalu terpusat (diarahkan) melihat pada benda kerja yang akan dikerjakan atau dikikir. D. Penjepitan benda kerja. (ragum / catok)
Ragum atau catok adalah suatu peralatan yang dipakai untuk menjepit benda kerja pada saat proses pengikiran selain itu ragum atau catok bias juga digunakan untuk, menggergaji, memahat, dll.
Dalam pengerjaannya, biasanya digunakan ragum sejajar.
E. Spesifikasi ragum
Pada umumnya ragum terbuat dari besi tuang kenyal atau baja tuang. Yang terpenting dalam pengikiran adalah pemasangan ragum harus kuat. Banyak sekali jenis ragum yang digunakan untuk bermacam-macam pekerjaan tangan. Di ATMI (asosiasi tekhnik mesin Indonesia), ragum yang digunakan dalam praktek pengikiran tingkat satu adalah ragum sejajar, dimana rahang yang bergerak (movable jaw) digerakkan oleh poros berulir dan bergerak kebelakang.
Rahang (jaw) atau mulut dapat diganti dan dikeraskan (hardened jaw) Apabila ragum dipakai setiap hari, permukaan yang saling bergesekan dan berulir harus sering dibersihkan dan diberi oli atau dilumasi.Penting: jangan mengencangkan tangkai handle dengan pipa atau hammer.


F. Pemegang Kikir.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOlf5li6OqYtzdgX2_Tq7TqzILVvBTggQkmGwWUyGO7f-SFOIlaPHpYOwQ9XBk_kDCg1isxIMXFyljpISwpHuSbO2J45ID-3svMeNMpzbWmoKjswoAZahd9aH4Q16-79HGHBvio9ZrWuSS/s320/mengikir.jpg
Pemegang kikir harus dipasang lurus dengan tangkai kikir dan haruslah kuat. Kikir yang dipakai harus bergagang atau bertangkai. jika ketentuan ini diabaikan akan mengakibatkan tangan menjadi rusak disebabkan karena tangkai kikir bergesekan lansung dengan telapak tangan. Pemegang kikir harus dibor terlebih dahulu sebelum dipasang ke tangkai kikir. Adapun diameter bor dan kedalamannya harus disesuaikanj dengan ukuran kikir. Sewaktu memasang, dapat dilakukan dengan jalan memanaskan terlebih dahulu tangkai kikir sampai merah suram, kemudian kikir dimasukkan pada handle kayu sehingga membentuk lubang yang pas.
  • Cara memegang kikir
Cara memegang kikir adalah sebagai berikut: Tangan kanan memegang handle kikir dengan kuat dan tekan gagang kikir tersebut dengan telapak tangan bagian bawah.
Ibu jari terletak diatas, sedangkan jari-jari yang lainnya berada di bawah gagang. Sedangkan tangan kiri memegang ujung kikir dengan telapak tangan dan ibu jari dengan rapat satu sama lain melipat ke bawah tetapi tidak menggenggam ujung kikir tersebut. Dengan cara memegang kikir seperti ini akan dapat mengikir benda kerja dengan baik.
Mengikir permukaan yang rata

Untuk melakukan ini harus diperlukan 3 hal utamasehingga optimal, antara lain yang harus dilakukan adalah tekanan pada saat mengikir.
  1. Apabila mulai melakukan pengikiran harus diperhatikan tekanan yang besar pada tangan kiri. Sedangkan tekanan yang ringan pada saat mulai pengikiran.
  2. Tekanan kedua tangan harus berimbang, karena pada saat itu benda terkikir.
  3. Setelah kikir sampai pada ujung benda, kedudukan kikir sudah berada di ujung langkah, meka tekanan tangan kanan harus maximal. Sehingga diperoleh penyayatan yang stabil. Pada saat menarik kebelakang kikir tidak diberi tekanan sama sekali agar gig potong kikir tidak cepat tumpul. Hal ini dilakukan untuk pengikiran siku, sejajar dan rata.
Namun semua teori tersebut tidak dapat dipaksakan kepada semua operator, karena setiap orang memiliki daya penyesuaian dan karakter gaya yang berbeda-beda. Hanya secara umum saja dari teori tersebut yang memang harus diterapkan. Sedangkan teknik yang lebih spesifik dan bersifat individu dapat berbeda setiap orang
Beberapa contoh penyesuaian individu terhadap teori prosedur kerja antara lain:
Lebar kaki yang sama dengan panjang kikir dan sudut antara kedua telapak kaki menurut teori adalah 60 derajat, namun ada beberapa orang yang merasa lebih nyaman dengan kaki lebih rapat maupun lebih renggang.
Selain itu, teknik mengikir untuk membuat flat pada benda kerja, bagi pemula dapat dikerjakan dengan lebih cepat jika pada bagian tengah benda terlebih dahulu dikikir, lalu dilanjutkan pada bagian pinggir. Hal ini dilakukan untuk menghindari agar benda kerja tidak cembung (bagian pinggir lebih rendah daripada bagian tengah). Karena menurut analisis yang diperoleh, akan lebih sulit meratakan benda cembung daripada meratakan benda cekung. Setelah benda menjadi cekung, maka selanjutnya tinggal meratakan bagian pinggirnya.
Kesulitan yang biasa terjadi (pada pemula) adalah belum stabilnya gerakan ayunan (tarikan dan dorongan) kikir sehingga menyebabkan benda menjadi cembung. Karena saat mengayun, yang terkikir hanya bagian sisi pinggirnya saja bila ayunan kikir tidak benar-benar datar. Pengikiran tidak hanya membutuhkan tenaga dan strategi (teknik), tetapi juga kesabaran.
Itulah
cara mengikir yang baik semoga bisa dimengerti dan dipahami, jika ada yang kurang atau ada yang mesti ditambahkan mohon saran dan kritikannya melalui kotak komentar dibawa














PENANDAAN
Penandaan adalah suatu proses pemindahan ukuran-ukuran:
1 Dari gambar-gambar
2 Menurut suatu benda kerja
3 atau menurut petunjuk-petunjuk
Untuk dikerjakan di mesin dan atau secara manual (kikir, gergaji) dengan tanda garis-garis atau titik-titik.
Garis-garis yang digariskan pada permukaan benda kerja dilakukan oleh suatu alat yang bernama penggores, dengan diarahkan :
1 Sepanjang garis besi
2 Sepanjang penyiku
3 Atau sepanjang plat yang telah dibentuk.
Alat-alat penandaan tersebut antara lain:
1 Penggores
Penggrores adalah suatu alat yang sederhana dan digunakan sebagai alat tulis untuk melukis benda-benda keras. Alat ini dibuat dengan ujung yang runcing dan tajam, serta lebih keras dari benda kerja yang digores (dilukis)
Ujung penggores umunya mempunyai sudut 20o – 25o.
Macam-macam penggores yang sering digunakan di bengkel antara lain: 


Penggores sederhana
Penggores dengan salah satu ujungnya bengkok
Penggores dengan ujung yang dapat diganti-ganti
Cara menggores
- Tekan pengarah/penggaris besi, atau penyiku dengan kuat pada benda kerja



Penggores dimiringkan kearah luar dari pengarah.
- Miringkan penggores kearah gerakan penggoresan.
- Tekan dan goreslah benda kerja dengan sekali gores saja
2 Penitik
Penitikan adalah suatu proses penandaan dengan jalan menekan pada bagian yang diinginkan di benda kerja. Penekanan ini dilakukan terhadap benda kerja yang lebih lunak dibanding dengan kekerasan dari penitik itu sendiri.
Tujuan dari penitikan adalah:
1. Menentukan pusat – pusat lingkaran atau lubang pada perpotongan garis untuk memusatkan awal dari pengeboran.
2. Untuk menjelaskan garis hingga di mana bagian yang dikerjakan.
3. Untuk menjelaskan garis-garis goresan.

Cara menggunakan penitik
1. Pegang penitik di tangan kiri (yang bukan kidal)
2. Miringkan penitik dan geser sepanjang garis hingga tepat pada garis potong, di mana tempat pusat titik akan dititik.
3. Penitik harus tegak lurus terhadap benda kerja
4. Penitik dipukul satu kali dengan pukulan ringan dan periksa posisinya. Jika sudah tepat, pukul lebih keras.
3 Jangka berpegas
Jangka berpegas terdiri dari sepasang kaki kaki dari baja, yang diatur oleh sebuah mur dan baut yang disatukan dengan sebuah pegas bulat pada satu ujung.
Jangka berpegas berfungsi untuk:
1 Untuk membuat/menggores lingkaran-lingkaran atau garis lengkung pada besi.
2 Untuk memindahkan suatu ukuran dari penggaris (penandaan jarak)
3 Untuk mengukur suatu jarak, antara titik-titik dan membandingkan dengan skala penggaris sebagai batasan ukuran
Untuk mendapatkan garis-garis yang tepat dan baik sebaiknya ujung-ujung jangka dibuat setajam penggores. Dalam menggerinda ujung jangka harus dibuat sama panjang dan saling bersentuhan.
Cara menggunakan jangka berpegas
Untuk mendapatkan garis-garis yang tepat, ujung jangka haruslah setajam ujung penggores.
- Pemindahan ukuran.
Mengatur kaki-kaki jangka pada ukuran yang dikehendaki. Tempatkan satu jujung pada suatu garis skala dan yang lain pada jarak yang dikehendaki (lihat gambar)
- Menggores lingkaran
Letakkan salah satu ujungnya pada titik pusat yang dikehendaki, goreslah benda kerja dengan jangka dimiringkan pada arah perputaran (lihat gambar).
4 Jangka Sejajar
Jangka sejajar terdiri dari satu batang yang lurus dan panjang, dengan dua buah kaki jangka yang dapat digeser-geserkan sepanjang batang. Ujung kedua kaki berbentuk runcing. Kegunaannya adalah untuk melukis lingkaran yang besar, yang tidak dapat dilukis dengan jangka berpegas.
5 Cap (stamp)
Untuk menandai suatu logam dan bebrapa bahan yang bukan logam dengan nomor, huruf atau tanda-tanda lain digunakan Cap (the stamp)
Cap-cap ini tidak boleh digunakan untuk menandai suatu benda yang telah mengalami pengerasan atau bisa dikatakan lebih keras dibanding dengan cap, maka jika digunakan cap-cap tersebut akan rusak.
Cara men-cap
1 Pengecapan dilakukan dari kanan kekiri, agar mudah melihatnya.
2 Letakkan cap pada benda kerja yang telah digores, miringkan sedikit ke arah kita.
3 Tarik cap hati-hati (pelan-pelan) ke garis yang diinginkan sampai kita merasakan berhenti digaris yang telah digores.
4 Cap kemudian ditegakkan sampai menyentuh permukaan benda kerja dengan rata.
5 Pukul satu kali dengan ringan pada posisi ini.
6 Periksa apakah hasilnya tepat digaris dan lurus. Bila tidak betulkan dengan cara tempatkan kembali cap pada bekas pengecapan awal, lalu putar searah atau berlawanan arah jarum jam.
7 Setelah dilakukan pembetulan-pembetulan, barulah dipukul dengan keras, sehingga semuanya seragam dan kedalamannya sama.
8 Terakhir hilangkan tonjolan-tonjolan yang terjadi dengan menggunakan kiki






MENGGERGAJI
1. Daun gergaji tangan
Daun gergaji tangan merupakan alat pemotong dan pembuat alur yang sederhana, bagian sisinya terdapat gigi-gigi pemotong yang dikeraskan. Bahan daun gergaji pada umumnya terbuat dari baja perkakas (tool steel), baja kecepatan tinggi (HSS high speed steel) dan baja tungsten (tungsten steel).
2. Pemilihan Daun Gergaji Berdasarkan Spesifikasi
Spesifikasi daun gergaji tangan meliputi jenis, bukaan gigi, jumlah gigi tiap panjang 1 inchi dan panjang daun gergaji ditentukan oleh jarak sumbu lubang. Contoh penulisan spesifikasi daun gergaji secara lengkap : Single cut-straight set-18T-12".
Tabel 9. Jenis daun gergaji berikut fungsinya
No.
Jumlah gigi tiap inchi
Pemakaian
Jenis bahan
Tebal bahan minimum
1.
14
Lunak
5.5 mm
2.
18
Lunak sd sedang
4.2 mm
3.
24
Sedang sd keras
3,2 mm
4.
32
Keras
2,4 mm
3. Kecepatan langkah menggergaji
Kecepatan langkah menggergaji bisa dianggap sama dengan kecepatan langkah mengikir untuk ukuran panjang yang sama. Hal ini dapat dipahami karena jenis bahan daun gergaji sama dengan jenis bahan kikir, yaitu dari baja karbon. Jadi kecepatan langkah untuk menggergaji baja lunak adalah sekitar 40 langkah permenit.
4. Pemasangan daun gergaji
Dalam pemakaiannya, daun gergaji dipasang pada sengkang. Posisi pemasangan daun gergaji dapat disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan. Ketentuan pemasangan daun gergaji adalah sebagai berikut :
a. Gigi gergaji harus menghadap ke muka
b. Ketegangannya harus cukup, sehingga tidak terjadi lekukan pada waktu dipakai.
5. Pemegangan dan penekanan gergaji
Cara menggergaji hampir mirip dengan cara mengikir, yang berbeda adalah cara pemegangan. Untuk pemotongan yang berat, tekanan gergaji cukup besar, namun untuk pemotongan yang perlu lurus hasilnya, tekanan gergaji harus ringan.
6. Langkah penggergajian
a. Membuat alur
Tinggi mulut catok/ragum sama seperti pada waktu mengikir, bagian yang digergaji harus sedekat mungkin dengan mulut catok/ragum. Pada permulaan menggergaji, tahan sisi gergaji dengan ibu jari. Namun untuk pemotongan yang dianggap presisi, sebelum digergaji benda kerja harus ditandai terlebih dahulu dengan kikir segitiga sebagai jalan awal penggergajian.



b. Awal penggergajian
Sebagai awal penggergajian kedudukan gergaji, menyudut ± 30º, selanjutnya gergajilah bagian sisi terlebih dahulu yang lambat laun sudutnya makin kecil. .
c. Pemotongan benda kerja Potonglah benda kerja pada bagian yang dekat dengan mulut
d. Bahan lebih lebar
Bila bahan yang akan digergaji melebihi lebar sengkang gergaji, maka pemasangan daun gergaji harus diputar 90º.











MEMAHAT
Pada pekerjaan tukang logam, pengerjaan memotong yang dilakukan dengan mempergunakan pahat atau palu disebut memahat. Untuk memahat sebuah benda kerja yang dijepit pada ragung, hendaklah memegang pahat dan palu pada posisi badan mengikuti ketentuan-ketentuan yang diharuskan.
Setiap saat setelah dipukul, diungkitkan ke atas sehingga berbentuk sudut antara, sehingga medan potong akan bertambah panjang, karena tambahan tenaga diperlukan untuk memotong bahan.
Cara memahat sepotong pelat logam yang dijepit pada ragum dengan tebal tidak lebih dari 4 mm. pada pengerjaan seperti ini harus diperhatikan agar mulut ragum jangan sampai rusak.
Cara pengerjaan memahat pelat yang lebar dan berliku-liku dengan mempergunakan pahat pelat yang mempunyai mata pemotong bulat.
Cara memotong pelat logam tipis dengan pahat, hendaknya di bawah pelat yang akan dipotong diberi bantalan kayu atau logam lunak. Agar tidak mengalami kerusakan, sebaiknya buatlah terlebih dahulu lubang-lubang diluar garis batas pemotongan dan mata pemotong dari pahat dimiringkan terhadap permukaan bahan dengan mengikuti garis pemotongan.
Cara memahat bagian-bagian bidang yang luas dengan pahat pelat, dengan memiringkan pemahatan terlebih dahulu bulatlah alur-alur dengan pahat toreh/alur. Bilamana pemahatan hamper sampai pada bagian tepi, pemotongan janganlah diteruskan, hendaknya pemahatan dilanjutkan setelah kedudukan benda kerja diputar, hal ini agar mencegah patahnya bahian ujung dari benda kerja.
Cara membuat alur sejajar ada benda kerja dengan mempergunakan pahat alur.
Cara membuat alur spi pada logam bundar dengan mempergunakan pahat alur. Serta cara membuat alur sejajar dengan mempergunakan pahat potong.
Cara menggunakan pahat alur minyak pada bagian dalam bantalan poros.
Cara memotong bagian bahan yang akan terbuang di antara lubang-lubang bekas pengeboran dengan menggunakan pahat dam.
Cara membuat alur dan saluran minyak pada bantalan poros, metal dan bosh dengan mempergunakan pahat kuku.
Cara menghaluskan sudut bagian dalam dengan mempergunakan pahat diamond.



TEKNIK KERJA BANGKU
PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN





                        NAMA    : FAIZAL BUDI SETYANSYAH
                   KELAS   :  XMC
                   NOMOR :  13

SMKN 1 MAGELANG
2013/2014

1 komentar:

Anonim mengatakan...

1xbet korean online betting【Malaysia】betting
1xbet korean online betting【Malaysia】betting sites【VIP】casino games. ⭐ 1xbet online Best odds. ✓ The best live dealer casinos.

Posting Komentar

Blognya Faizal. Diberdayakan oleh Blogger.

Blogger templates

Blogger news

Translate

Pengikut