TUGAS SEKOLAH (TeoriKerjaBangku)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) : Definisi, Indikator Penyebab dan Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pengertian
Kesehatan dan Keselatan Kerja
Menurut Mangkunegara (2002, p.163) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
Menurut Suma’mur (2001, p.104), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja .
Mathis dan Jackson (2002, p. 245), menyatakan bahwa Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000, p.6), mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
Jackson (1999, p. 222), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.
Menurut Mangkunegara (2002, p.163) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
Menurut Suma’mur (2001, p.104), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja .
Mathis dan Jackson (2002, p. 245), menyatakan bahwa Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000, p.6), mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
Jackson (1999, p. 222), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.
Menurut
Mangkunegara (2002, p.170), bahwa indikator penyebab keselamatan kerja adalah:
a) Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi:
1. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang diperhitungkan keamanannya.
2. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak
3. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
b) Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi:
1. Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
2. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik Pengaturan penerangan.
a) Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi:
1. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang diperhitungkan keamanannya.
2. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak
3. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
b) Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi:
1. Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
2. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik Pengaturan penerangan.
Tujuan Penerapan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja :
Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat diduga. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat. Kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka lahirlah keselamatan dan kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan atau mengadakan pengawasan yang ketat. (Silalahi, 1995)
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.
Menurut Mangkunegara (2002, p.165) bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat diduga. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat. Kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka lahirlah keselamatan dan kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan atau mengadakan pengawasan yang ketat. (Silalahi, 1995)
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.
Menurut Mangkunegara (2002, p.165) bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
Di era
globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku pada tahun 2020
mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang
ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang
harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk
mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja
Indonesia, telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat
Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup di dalam lingkungan dan
perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pelaksanaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas
kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian
materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi
secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas.
Penyakit
Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan
non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita
pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju
(dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi.
Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan
kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang
meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun
sudah tersedia.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Tenaga kesehatan yang perlu kita perhatikan yaitu semua tenaga kesehatan yang merupakan suatu institusi dengan jumlah petugas kesehatan dan non kesehatan yang cukup besar. Kegiatan tenaga atau petugas kesehatan mempunyai risiko berasal dari faktor fisik, kimia, ergonomi dan psikososial. Variasi, ukuran, tipe dan kelengkapan sarana dan prasarana menentukan kesehatan dan keselamatan kerja. Seiring dengan kemajuan IPTEK, khususnya kemajuan teknologi sarana dan prasarana, maka risiko yang dihadapi petugas tenaga kesehatan semakin meningkat.
Petugas atau tenaga kesehatan merupakan orang pertama yang terpajan terhadap masalah kesehatan yang merupakan kendala yang dihadapi untuk setipa tahunnya. Selain itu dalam pekerjaannya menggunakan alat – alat kesehatan, berionisasi dan radiasi serta alat-alat elektronik dengan voltase yang mematikan, dan melakukan percobaan dengan penyakit yang dimasukan ke jaringan hewan percobaan. Oleh karena itu penerapan budaya “aman dan sehat dalam bekerja” hendaknya dilaksanakan pada semua Institusi di Sektor / Aspek Kesehatan.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Tenaga kesehatan yang perlu kita perhatikan yaitu semua tenaga kesehatan yang merupakan suatu institusi dengan jumlah petugas kesehatan dan non kesehatan yang cukup besar. Kegiatan tenaga atau petugas kesehatan mempunyai risiko berasal dari faktor fisik, kimia, ergonomi dan psikososial. Variasi, ukuran, tipe dan kelengkapan sarana dan prasarana menentukan kesehatan dan keselamatan kerja. Seiring dengan kemajuan IPTEK, khususnya kemajuan teknologi sarana dan prasarana, maka risiko yang dihadapi petugas tenaga kesehatan semakin meningkat.
Petugas atau tenaga kesehatan merupakan orang pertama yang terpajan terhadap masalah kesehatan yang merupakan kendala yang dihadapi untuk setipa tahunnya. Selain itu dalam pekerjaannya menggunakan alat – alat kesehatan, berionisasi dan radiasi serta alat-alat elektronik dengan voltase yang mematikan, dan melakukan percobaan dengan penyakit yang dimasukan ke jaringan hewan percobaan. Oleh karena itu penerapan budaya “aman dan sehat dalam bekerja” hendaknya dilaksanakan pada semua Institusi di Sektor / Aspek Kesehatan.
FASILITAS
ATAU SARANA/PRASARANA TENAGA KESEHATAN
- Sarana/Prasana Kesehatan adalah sarana kesehatan yang meliputi berbagai alat / media elektronik yang harus ada di Tempat Kerja Kesehatan untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan perorangan dan masyarakat.
- Disain Sarana / Prasarana Kesehatan harus mempunyai sistem yang memadai dengan sirkulasi udara yang adekuat agar suasana di dalam ruangan tersebut menjadi nyaman.
- Disain Sarana / Prasarana Kesehatan harus mempunyai pemadam api yang tepat terhadap segala sesuatu yang bisa menyebabkan terjadinya kebakaran.
- Harus tersedia alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaam (P3K)
Kinerja
(performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante
dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja yang dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga
komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang
optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat ketidak
serasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun
kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.
1. Kapasitas Kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30– 40% masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan tugasnya mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut masalah PAHK dan kecelakaan kerja.
1. Kapasitas Kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30– 40% masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan tugasnya mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut masalah PAHK dan kecelakaan kerja.
2. Beban
Kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis beroperasi 8 – 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.
3. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi kesehatan kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related Diseases).
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis beroperasi 8 – 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.
3. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi kesehatan kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related Diseases).
IDENTIFIKASI
MASALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA BAGI TENAGA KESEHATAN DAN PENCEGAHANNYA
A.
Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat. Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat. Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :
- Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban pasien
- Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban petugas laboratorium itu sendiri.
Penyebab
kecelakaan kerja dapat dibagi dalam kelompok :
1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:
1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:
- Peralatan / Media Elektronik, Bahan dan lain-lain
- Lingkungan kerja
- Proses kerja
- Sifat pekerjaan
- Cara kerja
2. Perbuatan
berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia, yang dapat
terjadi antara lain karena:
- Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
- Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)
- Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.
- Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik
Beberapa
contoh kecelakaan yang banyak terjadi di Tempat Kerja Kesehatan :
1.
Terpeleset , biasanya karena lantai licin.
Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi di Tempat Kerja Kesehatan.
Akibat :
Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi di Tempat Kerja Kesehatan.
Akibat :
- Ringan à memar
- Berat à fraktura, dislokasi, memar otak, dll.
Pencegahan :
- Pakai sepatu anti slip
- Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar
- Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau tidak rata konstruksinya.
- Pemeliharaan lantai dan tangga
2.
Mengangkat beban
Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat, terutama bila mengabaikan kaidah ergonomi.
Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat, terutama bila mengabaikan kaidah ergonomi.
Akibat :
cedera pada punggung
Pencegahan :
Pencegahan :
- Beban jangan terlalu berat
- Jangan berdiri terlalu jauh dari beban
- Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi pergunakanlah tungkai bawah sambil berjongkok
- Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan terhambat.
Penyakit
Akibat Kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau
asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, pada umumnya terdiri dari satu agen
penyebab, harus ada hubungan sebab akibat antara proses penyakit dan hazard di
tempat kerja. Faktor Lingkungan kerja sangat berpengaruh dan berperan sebagai
penyebab timbulnya Penyakit Akibat Kerja. Sebagai contoh antara lain debu
silika dan Silikosis, uap timah dan keracunan timah. Akan tetapi penyebab
terjadinya akibat kesalahan faktor manusia juga (WHO).
Berbeda dengan Penyakit Akibat Kerja, Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK) sangat luas ruang lingkupnya. Menurut Komite Ahli WHO (1973), Penyakit Akibat Hubungan Kerja adalah “penyakit dengan penyebab multifaktorial, dengan kemungkinan besar berhubungan dengan pekerjaan dan kondisi tempat kerja. Pajanan di tempat kerja tersebut memperberat, mempercepat terjadinya serta menyebabkan kekambuhan penyakit.
Berbeda dengan Penyakit Akibat Kerja, Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK) sangat luas ruang lingkupnya. Menurut Komite Ahli WHO (1973), Penyakit Akibat Hubungan Kerja adalah “penyakit dengan penyebab multifaktorial, dengan kemungkinan besar berhubungan dengan pekerjaan dan kondisi tempat kerja. Pajanan di tempat kerja tersebut memperberat, mempercepat terjadinya serta menyebabkan kekambuhan penyakit.
Penyakit
akibat kerja di Tempat Kerja Kesehatan umumnya berkaitan dengan faktor biologis
(kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia (pemaparan dalam
dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptik pada kulit, zat
kimia/solvent yang menyebabkan kerusakan hati; faktor ergonomi (cara duduk
salah, cara mengangkat pasien salah); faktor fisik dalam dosis kecil yang terus
menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi, radiasi dll.); faktor psikologis
(ketegangan di kamar penerimaan pasien, gawat darurat, karantina dll.)
1) Faktor Biologis
Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi berkembang biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-benda yang terkontaminasi dan udara. Virus yang menyebar melalui kontak dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi pekerja hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus. Angka kejadian infeksi nosokomial di unit Pelayanan Kesehatan cukup tinggi. Secara teoritis kemungkinan kontaminasi pekerja LAK sangat besar, sebagai contoh dokter di RS mempunyai risiko terkena infeksi 2 sampai 3 kali lebih besar dari pada dokter yang praktek pribadi atau swasta, dan bagi petugas Kebersihan menangani limbah yang infeksius senantiasa kontak dengan bahan yang tercemar kuman patogen, debu beracun mempunyai peluang terkena infeksi.
1) Faktor Biologis
Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi berkembang biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-benda yang terkontaminasi dan udara. Virus yang menyebar melalui kontak dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi pekerja hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus. Angka kejadian infeksi nosokomial di unit Pelayanan Kesehatan cukup tinggi. Secara teoritis kemungkinan kontaminasi pekerja LAK sangat besar, sebagai contoh dokter di RS mempunyai risiko terkena infeksi 2 sampai 3 kali lebih besar dari pada dokter yang praktek pribadi atau swasta, dan bagi petugas Kebersihan menangani limbah yang infeksius senantiasa kontak dengan bahan yang tercemar kuman patogen, debu beracun mempunyai peluang terkena infeksi.
Pencegahan :
- Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan, epidemilogi dan desinfeksi.
- Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan dalam keadaan sehat badani, punya cukup kekebalan alami untuk bekerja dengan bahan infeksius, dan dilakukan imunisasi.
- Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar.
- Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan spesimen secara benar
- Pengelolaan limbah infeksius dengan benar
- Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.
- Kebersihan diri dari petugas.
Petugas di
tempat kerja kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan kimia dan
obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent yang banyak
digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang
paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak
negatif terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering adalah
dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi
(amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan
toksik ( trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau
terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan
kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan
yang irreversible pada daerah yang terpapar.
Pencegahan :
Pencegahan :
- ”Material safety data sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk diketahui oleh seluruh petugas untuk petugas atau tenaga kesehatan laboratorium.
- Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol untuk petugas / tenaga kesehatan laboratorium.
- Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, celemek, jas laboratorium) dengan benar.
- Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa.
- Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.
3) Faktor
Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara populer kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the Job to the Man and to fit the Man to the Job
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara populer kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the Job to the Man and to fit the Man to the Job
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).
4) Faktor
Fisik
Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja meliputi:
Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja meliputi:
- Kebisingan, getaran akibat alat / media elektronik dapat menyebabkan stress dan ketulian
- Pencahayaan yang kurang di ruang kerja, laboratorium, ruang perawatan dan kantor administrasi dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja.
- Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja
- Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.Terkena radiasi
- Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan, penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat membahayakan petugas yang menangani.
Pencegahan :
- Pengendalian cahaya di ruang kerja khususnya ruang laboratorium.
- Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai.
- Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi
- Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
- Pelindung mata untuk sinar laser
- Filter untuk mikroskop untuk pemeriksa demam berdarah
Beberapa
contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang dapat menyebabkan
stress :
- Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di tempat kerja kesehatan di tuntut untuk memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan
- Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.
- Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman kerja.Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal ataupun informal.
PENGENDALIAN
PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN KECELAKAAN MELALUI PENERAPAN KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA
A.
Pengendalian Melalui Perundang-undangan (Legislative Control) antara lain :
- UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Petugas kesehatan dan non kesehatan
- UU No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
- UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
- Peraturan Menteri Kesehatan tentang higene dan sanitasi lingkungan.
- Peraturan penggunaan bahan-bahan berbahayaPeraturan/persyaratan pembuangan limbah dll.
B.
Pengendalian melalui Administrasi / Organisasi (Administrative control) antara
lain :
- Persyaratan penerimaan tenaga medis, para medis, dan tenaga non medis yang meliputi batas umur, jenis kelamin, syarat kesehatan
- Pengaturan jam kerja, lembur dan shift
- Menyusun Prosedur Kerja Tetap (Standard Operating Procedure) untuk masing-masing instalasi dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya
- Melaksanakan prosedur keselamatan kerja (safety procedures) terutama untuk pengoperasian alat-alat yang dapat menimbulkan kecelakaan (boiler, alat-alat radiology, dll) dan melakukan pengawasan agar prosedur tersebut dilaksanakan
- Melaksanakan pemeriksaan secara seksama penyebab kecelakaan kerja dan mengupayakan pencegahannya.
- Substitusi dari bahan kimia, alat kerja atau proses kerja
- Isolasi dari bahan-bahan kimia, alat kerja, proses kerja dan petugas kesehatan dan non kesehatan (penggunaan alat pelindung)
- Perbaikan sistim ventilasi, dan lain-lain
Yaitu upaya
untuk menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal (Recognition)
kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat tumbuh pada setiap jenis
pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan pencegahan meluasnya gangguan yang
sudah ada baik terhadap pekerja itu sendiri maupun terhadap orang disekitarnya.
Dengan deteksi dini, maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat, mengurangi
penderitaan dan mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas masyarakat
pekerja. Disini diperlukan system rujukan untuk menegakkan diagnosa penyakit
akibat kerja secara cepat dan tepat (prompt-treatment). Pencegahan sekunder ini
dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang meliputi:
Adalah
pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum seseorang calon / pekerja (petugas
kesehatan dan non kesehatan) mulai melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang status kesehatan calon pekerja dan
mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau dari segi kesehatannya sesuai
dengan pekerjaan yang akan ditugaskan kepadanya.
Pemerikasaan kesehatan awal ini meliputi :
Pemerikasaan kesehatan awal ini meliputi :
- Anamnese umum
- Anamnese pekerjaan
- Penyakit yang pernah diderita
- Alrergi
- Imunisasi yang pernah didapat
- Pemeriksaan badan
- Pemeriksaan laboratorium rutin
- Pemeriksaan tertentu:
- Tuberkulin test
- Psikotest
2. Pemeriksaan Berkala
Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara berkala dengan jarak waktu berkala yang disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan yang dihadapi. Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu antar pemeriksaan berkala Ruang lingkup pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus seperti pada pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambah dengan pemeriksaan lainnya, sesuai dengan resiko kesehatan yang dihadapi dalam pekerjaan.
Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara berkala dengan jarak waktu berkala yang disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan yang dihadapi. Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu antar pemeriksaan berkala Ruang lingkup pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus seperti pada pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambah dengan pemeriksaan lainnya, sesuai dengan resiko kesehatan yang dihadapi dalam pekerjaan.
3.
Pemeriksaan Khusus
Yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana ada atau diduga ada keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja. Sebagai unit di sektor kesehatan pengembangan K3 tidak hanya untuk intern di Tempat Kerja Kesehatan, dalam hal memberikan pelayanan paripurna juga harus merambah dan memberi panutan pada masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya pelayanan promotif dan preventif. Misalnya untuk mengamankan limbah agar tidak berdampak kesehatan bagi pekerja atau masyarakat disekitarnya, meningkatkan kepekaan dalam mengenali unsafe act dan unsafe condition agar tidak terjadi kecelakaan dan sebagainya.
Yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana ada atau diduga ada keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja. Sebagai unit di sektor kesehatan pengembangan K3 tidak hanya untuk intern di Tempat Kerja Kesehatan, dalam hal memberikan pelayanan paripurna juga harus merambah dan memberi panutan pada masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya pelayanan promotif dan preventif. Misalnya untuk mengamankan limbah agar tidak berdampak kesehatan bagi pekerja atau masyarakat disekitarnya, meningkatkan kepekaan dalam mengenali unsafe act dan unsafe condition agar tidak terjadi kecelakaan dan sebagainya.
Kesehatan
dan keselamatan kerja di Tempat Kerja Kesehatan bertujuan agar petugas,
masyarakat dan lingkungan tenaga kesehatan saat bekerja selalu dalam keadaan
sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan
tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak.
Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang
bertanggung-jawab terhadap kesehatan masyarakat, memfasilitasi pembentukan
berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di tempat kerja kesehatan
serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam
pembinaan K3 tersebut.
Keterlibatan dan komitmen yang tinggi dari pihak manajemen atau pengelola tempat kerja kesehatan mempunyai peran sentral dalam pelaksanaan program ini. Demikian pula dengan pihak petugas kesehatan dan non kesehatan yang menjadi sasaran program K3 ini harus berpartisipasi secara aktif, bukan hanya sebagai obyek tetapi juga berperan sebagai subyek dari upaya mulia ini. Melalui kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja , diharapkan petugas kesehatan dan non kesehatan yang bekerja di tempat kerja kesehatan dapat bekerja dengan lebih produktif, sehingga tugas sebagai pelayan kesehatan kepada masyarakat dapat ditingkatkan mutunya, menuju Indonesia Sehat 2010.
Keterlibatan dan komitmen yang tinggi dari pihak manajemen atau pengelola tempat kerja kesehatan mempunyai peran sentral dalam pelaksanaan program ini. Demikian pula dengan pihak petugas kesehatan dan non kesehatan yang menjadi sasaran program K3 ini harus berpartisipasi secara aktif, bukan hanya sebagai obyek tetapi juga berperan sebagai subyek dari upaya mulia ini. Melalui kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja , diharapkan petugas kesehatan dan non kesehatan yang bekerja di tempat kerja kesehatan dapat bekerja dengan lebih produktif, sehingga tugas sebagai pelayan kesehatan kepada masyarakat dapat ditingkatkan mutunya, menuju Indonesia Sehat 2010.
MACAM-MACAM ALAT KERJA BANGKU
Berikut beberapa jenis alat kerja bangku, meliputi
alat penanda, alat pemotong, dan alat bantu lainnya.
2.3.1 Macam-macam alat penanda
Berikut
beberapa alat penanda beserta fungsinya yang umum digunakan dalam kerja bangku:
1. Penggores
Fungsi penggores adalah untuk membuat
garis, khususnya penandaan garis pada permukaan logam benda kerja.
Macam penggores yang sering digunakan di
bengkel, antara lain:
a. Penggores sederhana
b. Penggores dengan salah
satu ujungnya bengkok
c. Penggores yang dapat
diubah-ubah ujungnya
d. Penggores dengan
ketinggian yang dapat diatur sesuai skala yang penggunaannya dilakukan di atas
meja pengukur kerataan.
2. Cap (Stamp)
Cap digunakan untuk menandai logam dan
beberapa bahan bukan logam dengan nomor, huruf, angka, angka tanda-tanda
lainnya.
3. Penitik
Penitik adalah alat yang digunakan untuk membuat
lubang pada benda kerja. Penitik terbuat dari besi yang ujungnya runcing
membentuk sudut 30-90 derajat.
4. Jangka
Macam-macam jangka, antara lain:
a. Jangka tusuk, dipergunakan untuk melukis busur dan lingkaran dengan teliti.
b. Jangka hati, dipergunakan untuk membuat garis pada permukaan logam sejajar
dengan sisi benda.
2.3.2 Macam-macam alat pemotong
Berikut beberapa
alat pemotong beserta fungsinya yang umum digunakan dalam kerja bangku:
1. Pahat
Pahat (chisel)
digunakan untuk keperluan-keperluan seperti memotong, membuat alur, meratakan
bidang, membentuk sudut dsb. Macam-macam pahat, antara lain:
a. Pahat pelat, digunakan untuk meratakan bidang dan memotong pelat logam.
b. Pahat alur/roreh; digunakan untuk membuat alur dan sponeng.
c. Pahat setengah bulat, digunakan untuk membuat alur setengah bulat salutan
minyak dalam bantalan.
2. Kikir
Kikir terbuat dari baja karbon tinggi yang
ditempa yang disesuaikan dengan ukuran panjang, bentuk, jenis, dan gigi
pemotongnya. Macam-macam kikir, antara lain:
a. Kikir plat (Flat file)
b. Kikir setengah bulat (Half round file)
c. Kikir segi empat (Square file)
d. Kikir bulat (Round file)
e. Kikir segitiga (Three-square file)
f. Kikir pisau (Knife file)
3. Gergaji tangan
Gergaji digunakan untuk memotong benda
kerja yang selanjutnya untuk dikerjakan kembali. Beberapa jenis gergaji tangan
yang umum digunakan dalam proses kerja bangku, antara lain:
a. Gergaji pembelah
Gergaji pembelah adalah gergaji dengan gerigi dirancang untuk membelah
kayu. Digunakan untuk pengergajian searah jaringan serat kayu dan mempunyai
3½-4 pucuk gigi per 25 mm. Panjang daun antara 500-700 mm.
b. Gergaji pemotong
Gergaji pemotong adalah gergaji dengan gerigi
dirancang untuk memotong kayu. Digunakan untuk penggergajian melintang jaringan
serat kayu dan mempunyai 5-7 pucuk gigi per 25 mm. Panjang daun antara 550-700
mm.
c. Gergaji
punggung
Terdapat punggung dari bahan baja yang dipasang pada
daun gergaji. Mempunyai 12-14 pucuk gigi per 25 mm. Digunakan untuk pengerjaan
kecil dan halus.
4. Mata bor
Mata bor atau bor spiral terdiri dari
sudut tatal dan sudut bebas yang biasa terdapat pada alat-alat potong. Besar sudut mata bor tergantung pada bahan yang akan dibor:
a. Sudut puncak bor 118° digunakan untuk bahan baja lunak
b. Sudut puncak bor 136° digunakan untuk bahan baja keras
c. Sudut puncak bor 105° digunakan untuk bahan yang lunak
5. Reamer tangan (peluas)
Reamer (peluas) adalah alat potong untuk memperhalus
permukaan lubang dan memperbesar lubang yang telah kita siapkan sebelumnya.
Reamer terdiri dari alur spiral dan alur lurus.
6. Pemotong ulir luar (sney)
Untuk memotong ulir pada bagian luar atau
pada batang baut dengan tangan, dipergunakan sejenis alat yang dinamakan
pengulir luar. Alat bantu untuk memutarkan sney
adalah rumah sney atau tangkai sney.
7. Tap tangan
Tap adalah alat untuk membuat ulir dalam
dengan tangan, tap tangan terdiri dari 3 buah dalam 1 set, yaitu tap konis, tap
antara, dan tap rata. Sedangkan sebagai alat pemegang dan pemutar pada waktu
pelaksanaan mengulir, dipergunakan tangkai tap (batang pemutar).
8. Gunting tangan
Ada berbagai macam bentuk gunting tangan
yang dapat digunakan untuk memotong pelat-pelat tipis, yaitu:
a. Gunting tangan lurus
Gunting tangan lurus digunakan untuk
menggunting lurus.
b. Gunting tangan kombinasi
Gunting tangan
kombinasi memungkinkan untuk memotong lengkung, sehingga dapat digunakan untuk
memotong bentuk-bentuk yang tidak beraturan.
c. Gunting tangan paruh burung
Gunting ini dapat digunakan untuk memotong
lengkung luar ataupun lengkung dalam berdiameter kecil dan untuk memotong pipa
(membuat lubang pada pipa).
d. Gunting tangan dirgantara
Gunting tangan dirgantara terdiri atas
tiga bentuk, yakni: lurus, kiri, dan kanan. Sisi potongnya bergerigi dan
dikeraskan, sehingga dapat memotong pelat yang relatif tebal (± 0,8 mm).
e. Gunting tangan bulldog
Gunting tangan bulldog digunakan untuk pemotongan pelat agak tebal (max 1,5 mm)
baik lurus maupun bentuk-bentuk tak teratur atau lengkung.
f. Gunting tangan lingkaran
Gunting tangan
lingkaran digunakan untuk pemotong bentuk lingkaran karena sisi potongnya
lengkung.
g. Gunting tangan trojan
Gunting ini dapat digunakan untuk memotong
lurus dan lengkung.
2.3.3 Alat-alat bantu lainnya
Berikut alat-alat bantu lain yang pada umumnya digunakan pada proses kerja
bangku:
1. Palu
Berdasarkan jenisnya palu dibedakan
menjadi:
a. Palu konde, jenis-jenisnya, antara lain: palu pen searah (straight hammer), palu konde (ball pan hammer), dan palu pen melintang
(cross hammer).
b. Palu lunak, digunakan untuk meratakan, membentuk pelat dengan tanpa ada
bekas pemukulan pada permukaan pelat. Kepala palu lunak terbuat dari bahan
plastik, kayu, karet, kulit, tembaga, timah, dll.
1) Palu kayu, digunakan untuk membentuk pelat dari bahan stainless steel atau galvanis.
2) Palu plastik dan karet, digunakan untuk menghasilkan bentuk dengan sedikit
bekas pemukulan pada permukaan pelat alumunium atau tembaga.
3) Palu kulit, digunakan pada pembentukan pelat-pelat lunak yang relatif
tebal.
c. Palu pembentuk, dirancang untuk keperluan tertentu. Macam-macam palu
pembentuk beserta fungsinya adalah:
1) Palu pengeling, digunakan untuk membentuk kepala paku keling.
2) Palu pelipat, digunakan untuk merapatkan ujung pelat dan pada pekerjaan
pengawatan tepi.
3) Palu pelengkung, digunakan untuk membuat cekungan pada pelat
4) Palu peregang, digunakan untuk meregang atau memperpanjang pelat.
5) Palu penipis, digunakan untuk menipiskan ketebalan pelat.
6) Palu perata, digunakan untuk pekerjaan penyelesaian.
2. Ragum (Penjepit)
Ragum adalat alat yang digunakan untuk
menjepit banda kerja pada waktu pekerjaan mekanik, seperti mengikir, memahat,
memotong, dll. Pada penggunaanya ragum umumnya terbuat dari besi tuang, kenyal
atau tempa yang dipasang pada bangku kerja dengan kuat.
3. Tang
Tang (Plier)
digunakan untuk memotong, membengkokkan, memegang, dan sebagainya. Jenis-jenis
tang, antara lain:
a. Diagonal cutting plier, digunakan untuk memotong kawat baja, tang jenis ini mempunyai dua sisi
dan rahang yang keras.
b. End cutting plier, digunakan untuk memotong kawat dengan rahang membuka paralel 90°.
c. Flat nose plier, digunakan untuk memegang benda yang kecil dengan rahang segi empat tirus
pada bagain ujung.
d. Long nose plier, digunakan untuk memegang benda yang kecil dengan bentuk rahang bulat
tirus.
e. Round nose plier, digunakan untuk membengkokkan kawat dan pelat yang tipis.
f. Combination plier, digunakan untuk berbagai pekerjaan ringan menggunakan tangan.
g. Polygrip plier, digunakan untuk memegang bahan, dilengkapi dengan rahang yang dapat
diatur.
4. Kunci
Kunci digunakan untuk memutar baut dengan
kepala socket ukuran tertentu. Jenis-jenis kunci yang biasa digunakan adalah:
a. Kunci pas, digunakan untuk memutar baut kepala segi enam dengan ukuran tertentu sesuai dengan ukuran
kepala baut.
b. Kunci ring (box wrench),
digunakan untuk membuka baut kepala segi enam yang mempunyai 12 sudut kunci
pada tempat-tempat yang sempit.
c. Kunci ellen (hexagon screwdrivers),
digunakan untuk memutar baut dengan kepala socket yang berbentuk sesi enam.
d. Kunci socket, untuk memutarkan socket pada kunci ini digunakan batang
pemutar khusus yang dimasukkan pada kunci socket. Pada bagian socket kunci ini
mempunyai sudut segi dua belas beraturan.
e. Pipe wrench/kunci (tang) pipa, digunakan untuk memegang benda yang berbentuk bulat,
baik pejal maupun berbentuk pipa. Pada bagian tangkainya terdapat baut pengatur
kedudukan rahang.
5. Obeng
Obeng digunakan untuk memutar baut yang
mempunyai kepala beralur, baik yang beralur lurus maupun yang beralur silang.
Pada bagian pangkal obeng dilengkapi dengan pemegang yang biasanya terbuat dari
kayu ataupun plastik.
6. Meja datar
Meja datar digunakan sebagai landasan untuk penggambaran banda, meja datar
adalah alat dengan permukaan rata dan keras sangat baik untuk penandaan yang
teliti dan memeriksa benda kerja.
CARA
MENGIKIR YANG BAIK
Berikut ini
kami akan coba menjelaskan bagaimana cara mengikir yang baik, diambil dari berbagai sumber.
Sebelumnya kita harus mengetahui dulu devinisi pengikiran yang baik, Pengikiran
ialah operasi yang menggunakan alat berupa kikir. Biasa dilakukan untuk
mengurangi ketebalan benda kerja, membentuk, meratakan, hingga menghaluskan
benda kerja. Dalam setiap proses industri, ada Standard Operational
Procedure (SOP). Begitu juga dengan proses pengikiran. Namun
SOP tersebut tidak akan dibahas di sini, melainkan hanya teknik kerja umum
pengikiran pekerjaanl ini tentunya. yang banyak dilakukan di departemant debburing dan biasa diberikan oleh instruktur
(leader) kepada operator baru. Standar teknik kerja tersebut antara lain
seperti:
Prosedur
Pengikiran
- Memilih dan menyiapkan tempat kerja
- Melemaskan sendi-sendi tangan.
- Melakukan gerakan utama atau dasar sebanyak mungkin.
- Penjepitan benda kerja.
- Tanggem yang digunakan.
- Pemegang kikir
A. Memilih
dan menyiapkan tempat kerja.
Tinggi
tempat haruslah disesuaikan dengan bentuk dari benda kerja yang akan dikerjakan
dan ketinggian si pengikir yang melakukan pengikiran.
B.
Melemaskan sendi-sendi tangan
Posisi kerja
memperlihatkan bagaimana kecakapan seseorang bekerja. Selama mengikir, badan
berdiri di sebelah kiri benda kerja atau material dengan posisi kaki tetap pada
tempatnya. Jarak antar kaki deisesuaikan dengan panjang kikir.Sudut antara
poros tanggem dan kaki kira-kira membentuk sudut 300, sedangkan untuk kaki
kanan membentuk sudut kurang lebih 75.
C. Melakukan gerakan utama / dasar sebanyak mungkin.
Badan berdiri tegak pada posisi permulaan dan selanjutnya condong kedepan selama pengikiran berlangsung. Sementara posisi kaki kanan tetap lurus selama proses pengikiran berlangsung.
Sedangkan arah pandangan mata selalu terpusat (diarahkan) melihat pada benda kerja yang akan dikerjakan atau dikikir. D. Penjepitan benda kerja. (ragum / catok)
Ragum atau catok adalah suatu peralatan yang dipakai untuk menjepit benda kerja pada saat proses pengikiran selain itu ragum atau catok bias juga digunakan untuk, menggergaji, memahat, dll.
Dalam pengerjaannya, biasanya digunakan ragum sejajar.
E. Spesifikasi ragum
C. Melakukan gerakan utama / dasar sebanyak mungkin.
Badan berdiri tegak pada posisi permulaan dan selanjutnya condong kedepan selama pengikiran berlangsung. Sementara posisi kaki kanan tetap lurus selama proses pengikiran berlangsung.
Sedangkan arah pandangan mata selalu terpusat (diarahkan) melihat pada benda kerja yang akan dikerjakan atau dikikir. D. Penjepitan benda kerja. (ragum / catok)
Ragum atau catok adalah suatu peralatan yang dipakai untuk menjepit benda kerja pada saat proses pengikiran selain itu ragum atau catok bias juga digunakan untuk, menggergaji, memahat, dll.
Dalam pengerjaannya, biasanya digunakan ragum sejajar.
E. Spesifikasi ragum
Pada umumnya
ragum terbuat dari besi tuang kenyal atau baja tuang. Yang terpenting dalam
pengikiran adalah pemasangan ragum harus kuat. Banyak sekali jenis ragum yang
digunakan untuk bermacam-macam pekerjaan tangan. Di ATMI (asosiasi
tekhnik mesin Indonesia), ragum yang digunakan dalam praktek pengikiran
tingkat satu adalah ragum sejajar, dimana rahang yang bergerak (movable jaw)
digerakkan oleh poros berulir dan bergerak kebelakang.
Rahang (jaw) atau mulut dapat diganti dan dikeraskan (hardened jaw) Apabila ragum dipakai setiap hari, permukaan yang saling bergesekan dan berulir harus sering dibersihkan dan diberi oli atau dilumasi.Penting: jangan mengencangkan tangkai handle dengan pipa atau hammer.
Rahang (jaw) atau mulut dapat diganti dan dikeraskan (hardened jaw) Apabila ragum dipakai setiap hari, permukaan yang saling bergesekan dan berulir harus sering dibersihkan dan diberi oli atau dilumasi.Penting: jangan mengencangkan tangkai handle dengan pipa atau hammer.
F. Pemegang
Kikir.
Pemegang
kikir harus dipasang lurus dengan tangkai kikir dan haruslah kuat. Kikir yang
dipakai harus bergagang atau bertangkai. jika ketentuan ini diabaikan akan
mengakibatkan tangan menjadi rusak disebabkan karena tangkai kikir bergesekan
lansung dengan telapak tangan. Pemegang kikir harus dibor terlebih dahulu sebelum
dipasang ke tangkai kikir. Adapun diameter bor dan kedalamannya harus
disesuaikanj dengan ukuran kikir. Sewaktu memasang, dapat dilakukan dengan
jalan memanaskan terlebih dahulu tangkai kikir sampai merah suram, kemudian
kikir dimasukkan pada handle kayu sehingga membentuk lubang yang pas.
- Cara memegang kikir
Cara
memegang kikir adalah sebagai berikut: Tangan kanan memegang handle kikir
dengan kuat dan tekan gagang kikir tersebut dengan telapak tangan bagian bawah.
Ibu jari terletak diatas, sedangkan jari-jari yang lainnya berada di bawah gagang. Sedangkan tangan kiri memegang ujung kikir dengan telapak tangan dan ibu jari dengan rapat satu sama lain melipat ke bawah tetapi tidak menggenggam ujung kikir tersebut. Dengan cara memegang kikir seperti ini akan dapat mengikir benda kerja dengan baik.
Mengikir permukaan yang rata
Untuk melakukan ini harus diperlukan 3 hal utamasehingga optimal, antara lain yang harus dilakukan adalah tekanan pada saat mengikir.
Ibu jari terletak diatas, sedangkan jari-jari yang lainnya berada di bawah gagang. Sedangkan tangan kiri memegang ujung kikir dengan telapak tangan dan ibu jari dengan rapat satu sama lain melipat ke bawah tetapi tidak menggenggam ujung kikir tersebut. Dengan cara memegang kikir seperti ini akan dapat mengikir benda kerja dengan baik.
Mengikir permukaan yang rata
Untuk melakukan ini harus diperlukan 3 hal utamasehingga optimal, antara lain yang harus dilakukan adalah tekanan pada saat mengikir.
- Apabila mulai melakukan pengikiran harus diperhatikan tekanan yang besar pada tangan kiri. Sedangkan tekanan yang ringan pada saat mulai pengikiran.
- Tekanan kedua tangan harus berimbang, karena pada saat itu benda terkikir.
- Setelah kikir sampai pada ujung benda, kedudukan kikir sudah berada di ujung langkah, meka tekanan tangan kanan harus maximal. Sehingga diperoleh penyayatan yang stabil. Pada saat menarik kebelakang kikir tidak diberi tekanan sama sekali agar gig potong kikir tidak cepat tumpul. Hal ini dilakukan untuk pengikiran siku, sejajar dan rata.
Namun semua
teori tersebut tidak dapat dipaksakan kepada semua operator, karena setiap
orang memiliki daya penyesuaian dan karakter gaya yang berbeda-beda. Hanya
secara umum saja dari teori tersebut yang memang harus diterapkan. Sedangkan
teknik yang lebih spesifik dan bersifat individu dapat berbeda setiap orang
Beberapa contoh penyesuaian individu terhadap teori prosedur kerja antara lain:
Lebar kaki yang sama dengan panjang kikir dan sudut antara kedua telapak kaki menurut teori adalah 60 derajat, namun ada beberapa orang yang merasa lebih nyaman dengan kaki lebih rapat maupun lebih renggang.
Selain itu, teknik mengikir untuk membuat flat pada benda kerja, bagi pemula dapat dikerjakan dengan lebih cepat jika pada bagian tengah benda terlebih dahulu dikikir, lalu dilanjutkan pada bagian pinggir. Hal ini dilakukan untuk menghindari agar benda kerja tidak cembung (bagian pinggir lebih rendah daripada bagian tengah). Karena menurut analisis yang diperoleh, akan lebih sulit meratakan benda cembung daripada meratakan benda cekung. Setelah benda menjadi cekung, maka selanjutnya tinggal meratakan bagian pinggirnya.
Kesulitan yang biasa terjadi (pada pemula) adalah belum stabilnya gerakan ayunan (tarikan dan dorongan) kikir sehingga menyebabkan benda menjadi cembung. Karena saat mengayun, yang terkikir hanya bagian sisi pinggirnya saja bila ayunan kikir tidak benar-benar datar. Pengikiran tidak hanya membutuhkan tenaga dan strategi (teknik), tetapi juga kesabaran.
Itulah cara mengikir yang baik semoga bisa dimengerti dan dipahami, jika ada yang kurang atau ada yang mesti ditambahkan mohon saran dan kritikannya melalui kotak komentar dibawa
Beberapa contoh penyesuaian individu terhadap teori prosedur kerja antara lain:
Lebar kaki yang sama dengan panjang kikir dan sudut antara kedua telapak kaki menurut teori adalah 60 derajat, namun ada beberapa orang yang merasa lebih nyaman dengan kaki lebih rapat maupun lebih renggang.
Selain itu, teknik mengikir untuk membuat flat pada benda kerja, bagi pemula dapat dikerjakan dengan lebih cepat jika pada bagian tengah benda terlebih dahulu dikikir, lalu dilanjutkan pada bagian pinggir. Hal ini dilakukan untuk menghindari agar benda kerja tidak cembung (bagian pinggir lebih rendah daripada bagian tengah). Karena menurut analisis yang diperoleh, akan lebih sulit meratakan benda cembung daripada meratakan benda cekung. Setelah benda menjadi cekung, maka selanjutnya tinggal meratakan bagian pinggirnya.
Kesulitan yang biasa terjadi (pada pemula) adalah belum stabilnya gerakan ayunan (tarikan dan dorongan) kikir sehingga menyebabkan benda menjadi cembung. Karena saat mengayun, yang terkikir hanya bagian sisi pinggirnya saja bila ayunan kikir tidak benar-benar datar. Pengikiran tidak hanya membutuhkan tenaga dan strategi (teknik), tetapi juga kesabaran.
Itulah cara mengikir yang baik semoga bisa dimengerti dan dipahami, jika ada yang kurang atau ada yang mesti ditambahkan mohon saran dan kritikannya melalui kotak komentar dibawa
PENANDAAN
Penandaan adalah suatu proses
pemindahan ukuran-ukuran:
1 Dari gambar-gambar
2 Menurut suatu benda kerja
3 atau menurut petunjuk-petunjuk
Untuk dikerjakan di mesin dan
atau secara manual (kikir, gergaji) dengan tanda garis-garis atau titik-titik.
Garis-garis yang digariskan pada
permukaan benda kerja dilakukan oleh suatu alat yang bernama penggores, dengan
diarahkan :
1 Sepanjang garis besi
3 Atau sepanjang plat yang telah
dibentuk.
Alat-alat penandaan tersebut
antara lain:
1 Penggores
Penggrores adalah suatu alat yang
sederhana dan digunakan sebagai alat tulis untuk melukis benda-benda keras.
Alat ini dibuat dengan ujung yang runcing dan tajam, serta lebih keras dari
benda kerja yang digores (dilukis)
Ujung penggores umunya mempunyai
sudut 20o – 25o.
Macam-macam penggores yang sering
digunakan di bengkel antara lain:
Penggores sederhana
Penggores dengan salah satu
ujungnya bengkok
Penggores dengan ujung yang dapat
diganti-ganti
Cara menggores
- Tekan pengarah/penggaris besi,
atau penyiku dengan kuat pada benda kerja
Penggores dimiringkan kearah luar
dari pengarah.
- Miringkan penggores kearah
gerakan penggoresan.
- Tekan dan goreslah benda kerja
dengan sekali gores saja
2 Penitik
Penitikan adalah suatu proses
penandaan dengan jalan menekan pada bagian yang diinginkan di benda kerja.
Penekanan ini dilakukan terhadap benda kerja yang lebih lunak dibanding dengan
kekerasan dari penitik itu sendiri.
Tujuan dari penitikan adalah:
1. Menentukan pusat – pusat
lingkaran atau lubang pada perpotongan garis untuk memusatkan awal dari
pengeboran.
2. Untuk menjelaskan garis hingga
di mana bagian yang dikerjakan.
3. Untuk menjelaskan garis-garis
goresan.
Cara menggunakan penitik
1. Pegang penitik di tangan kiri
(yang bukan kidal)
2. Miringkan penitik dan geser
sepanjang garis hingga tepat pada garis potong, di mana tempat pusat titik akan
dititik.
3. Penitik harus tegak lurus
terhadap benda kerja
4. Penitik dipukul satu kali
dengan pukulan ringan dan periksa posisinya. Jika sudah tepat, pukul lebih
keras.
3 Jangka berpegas
Jangka berpegas terdiri dari
sepasang kaki kaki dari baja, yang diatur oleh sebuah mur dan baut yang
disatukan dengan sebuah pegas bulat pada satu ujung.
Jangka berpegas berfungsi untuk:
1 Untuk membuat/menggores
lingkaran-lingkaran atau garis lengkung pada besi.
2 Untuk memindahkan suatu ukuran
dari penggaris (penandaan jarak)
3 Untuk mengukur suatu jarak,
antara titik-titik dan membandingkan dengan skala penggaris sebagai batasan
ukuran
Untuk mendapatkan garis-garis
yang tepat dan baik sebaiknya ujung-ujung jangka dibuat setajam penggores.
Dalam menggerinda ujung jangka harus dibuat sama panjang dan saling
bersentuhan.
Cara menggunakan jangka
berpegas
Untuk mendapatkan garis-garis
yang tepat, ujung jangka haruslah setajam ujung penggores.
- Pemindahan ukuran.
Mengatur kaki-kaki jangka pada
ukuran yang dikehendaki. Tempatkan satu jujung pada suatu garis skala dan yang
lain pada jarak yang dikehendaki (lihat gambar)
- Menggores lingkaran
Letakkan salah satu ujungnya pada
titik pusat yang dikehendaki, goreslah benda kerja dengan jangka dimiringkan
pada arah perputaran (lihat gambar).
4 Jangka Sejajar
Jangka sejajar terdiri dari satu
batang yang lurus dan panjang, dengan dua buah kaki jangka yang dapat
digeser-geserkan sepanjang batang. Ujung kedua kaki berbentuk runcing.
Kegunaannya adalah untuk melukis lingkaran yang besar, yang tidak dapat dilukis
dengan jangka berpegas.
5 Cap (stamp)
Untuk menandai suatu logam dan
bebrapa bahan yang bukan logam dengan nomor, huruf atau tanda-tanda lain digunakan
Cap (the stamp)
Cap-cap ini tidak boleh digunakan
untuk menandai suatu benda yang telah mengalami pengerasan atau bisa dikatakan
lebih keras dibanding dengan cap, maka jika digunakan cap-cap tersebut akan
rusak.
Cara men-cap
1 Pengecapan dilakukan dari kanan
kekiri, agar mudah melihatnya.
2 Letakkan cap pada benda kerja
yang telah digores, miringkan sedikit ke arah kita.
3 Tarik cap hati-hati
(pelan-pelan) ke garis yang diinginkan sampai kita merasakan berhenti digaris
yang telah digores.
4 Cap kemudian ditegakkan sampai
menyentuh permukaan benda kerja dengan rata.
5 Pukul satu kali dengan ringan
pada posisi ini.
6 Periksa apakah hasilnya tepat
digaris dan lurus. Bila tidak betulkan dengan cara tempatkan kembali cap pada
bekas pengecapan awal, lalu putar searah atau berlawanan arah jarum jam.
7 Setelah dilakukan
pembetulan-pembetulan, barulah dipukul dengan keras, sehingga semuanya seragam
dan kedalamannya sama.
8 Terakhir hilangkan
tonjolan-tonjolan yang terjadi dengan menggunakan kiki
MENGGERGAJI
1. Daun gergaji tangan
Daun gergaji tangan merupakan alat
pemotong dan pembuat alur yang sederhana, bagian sisinya terdapat gigi-gigi
pemotong yang dikeraskan. Bahan daun gergaji pada umumnya terbuat dari baja
perkakas (tool steel), baja kecepatan
tinggi (HSS high speed steel) dan
baja tungsten (tungsten steel).
2. Pemilihan Daun Gergaji Berdasarkan Spesifikasi
Spesifikasi daun gergaji tangan
meliputi jenis, bukaan gigi, jumlah gigi tiap panjang 1 inchi dan panjang daun
gergaji ditentukan oleh jarak sumbu lubang. Contoh penulisan spesifikasi daun
gergaji secara lengkap : Single cut-straight set-18T-12".
Tabel 9. Jenis daun gergaji berikut
fungsinya
No.
|
Jumlah gigi tiap inchi
|
Pemakaian
|
|
Jenis bahan
|
Tebal bahan minimum
|
||
1.
|
14
|
Lunak
|
5.5 mm
|
2.
|
18
|
Lunak sd sedang
|
4.2 mm
|
3.
|
24
|
Sedang sd keras
|
3,2 mm
|
4.
|
32
|
Keras
|
2,4 mm
|
3. Kecepatan langkah menggergaji
Kecepatan langkah menggergaji bisa
dianggap sama dengan kecepatan langkah mengikir untuk ukuran panjang yang sama.
Hal ini dapat dipahami karena jenis bahan daun gergaji sama dengan jenis bahan
kikir, yaitu dari baja karbon. Jadi kecepatan langkah untuk menggergaji baja
lunak adalah sekitar 40 langkah permenit.
4. Pemasangan daun gergaji
Dalam pemakaiannya, daun gergaji
dipasang pada sengkang. Posisi pemasangan daun gergaji dapat disesuaikan dengan
kebutuhan pekerjaan. Ketentuan pemasangan daun gergaji adalah sebagai berikut :
a. Gigi gergaji harus menghadap ke muka
b. Ketegangannya harus cukup, sehingga tidak terjadi
lekukan pada waktu dipakai.
5. Pemegangan dan penekanan gergaji
Cara menggergaji hampir mirip dengan
cara mengikir, yang berbeda adalah cara pemegangan. Untuk pemotongan yang
berat, tekanan gergaji cukup besar, namun untuk pemotongan yang perlu lurus
hasilnya, tekanan gergaji harus ringan.
6. Langkah penggergajian
a. Membuat alur
Tinggi mulut catok/ragum sama
seperti pada waktu mengikir, bagian yang digergaji harus sedekat mungkin dengan
mulut catok/ragum. Pada permulaan menggergaji, tahan sisi gergaji dengan ibu
jari. Namun untuk pemotongan yang dianggap presisi, sebelum digergaji benda
kerja harus ditandai terlebih dahulu dengan kikir segitiga sebagai jalan awal
penggergajian.
b. Awal penggergajian
Sebagai awal penggergajian kedudukan
gergaji, menyudut ± 30º, selanjutnya gergajilah bagian sisi terlebih dahulu
yang lambat laun sudutnya makin kecil. .
c. Pemotongan benda kerja Potonglah benda kerja pada
bagian yang dekat dengan mulut
d. Bahan lebih lebar
Bila bahan yang akan digergaji
melebihi lebar sengkang gergaji, maka pemasangan daun gergaji harus diputar
90º.
MEMAHAT
Pada pekerjaan tukang logam,
pengerjaan memotong yang dilakukan dengan mempergunakan pahat atau palu disebut
memahat. Untuk memahat sebuah benda kerja yang dijepit pada ragung, hendaklah
memegang pahat dan palu pada posisi badan mengikuti ketentuan-ketentuan yang
diharuskan.
Setiap saat setelah dipukul,
diungkitkan ke atas sehingga berbentuk sudut antara, sehingga medan potong akan
bertambah panjang, karena tambahan tenaga diperlukan untuk memotong bahan.
Cara memahat sepotong pelat logam
yang dijepit pada ragum dengan tebal tidak lebih dari 4 mm. pada pengerjaan
seperti ini harus diperhatikan agar mulut ragum jangan sampai rusak.
Cara pengerjaan memahat pelat yang lebar dan berliku-liku dengan
mempergunakan pahat pelat yang mempunyai mata pemotong bulat.
Cara memotong pelat logam tipis
dengan pahat, hendaknya di bawah pelat yang akan dipotong diberi bantalan kayu
atau logam lunak. Agar tidak mengalami kerusakan, sebaiknya buatlah terlebih
dahulu lubang-lubang diluar garis batas pemotongan dan mata pemotong dari pahat
dimiringkan terhadap permukaan bahan dengan mengikuti garis pemotongan.
Cara memahat bagian-bagian bidang
yang luas dengan pahat pelat, dengan memiringkan pemahatan terlebih dahulu
bulatlah alur-alur dengan pahat toreh/alur. Bilamana pemahatan hamper sampai
pada bagian tepi, pemotongan janganlah diteruskan, hendaknya pemahatan
dilanjutkan setelah kedudukan benda kerja diputar, hal ini agar mencegah
patahnya bahian ujung dari benda kerja.
Cara membuat alur sejajar ada benda
kerja dengan mempergunakan pahat alur.
Cara membuat alur spi pada logam
bundar dengan mempergunakan pahat alur. Serta cara membuat alur sejajar dengan
mempergunakan pahat potong.
Cara menggunakan pahat alur minyak
pada bagian dalam bantalan poros.
Cara memotong bagian bahan yang akan
terbuang di antara lubang-lubang bekas pengeboran dengan menggunakan pahat dam.
Cara membuat alur dan saluran minyak
pada bantalan poros, metal dan bosh dengan mempergunakan pahat kuku.
Cara menghaluskan sudut bagian dalam
dengan mempergunakan pahat diamond.
TEKNIK KERJA
BANGKU
PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN
NAMA : FAIZAL BUDI SETYANSYAH
KELAS
:
XMC
NOMOR
: 13
SMKN 1 MAGELANG
2013/2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Blognya Faizal. Diberdayakan oleh Blogger.
1 komentar:
1xbet korean online betting【Malaysia】betting
1xbet korean online betting【Malaysia】betting sites【VIP】casino games. ⭐ 1xbet online Best odds. ✓ The best live dealer casinos.
Posting Komentar